Gelaran Puncak Napak Jagat Pasundan 2019 Hebohkan Garut

Posted by
Bagikan kiriman ini

SPORTJABAR.COM – Pagelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan (NJP) benar- benar menghibur warga Kabupaten Garut yang memadati lapangan Makorem 062 /Tarumanegara Garut, Sabtu (26/10 /2019)malam .

Ribuan penonton yang hadir sejak sore hari tak beranjak dari lokasi, sampai acara yang menampilkan beragam kesenian tradisional Sunda usai jelang tengah malam.

Maklum pagelaran seni tradisi yang disuguhkan oleh delapan sanggar/paguron dari Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Pangandaran, dan Kota Tasikmalaya dikemas sebagai tontonan  menarik di atas panggung yang megah .

Pagelaran NJP di Kota Intan ini terasa istimewa karena merupakan puncak rangkaian perjalanan Coklat Kita Napak Jagat Pasundan tahun 2019, setelah sebelumnya berlangsung di Lembang Kabupaten Bandung Barat dan Alun-alun Subang dengan rangkaian tahapan Riungan NJP dan Hariring NJP yang telah berjalan di 13 Kabupaten Kota di Jawa Barat .

Adapun sanggar/paguron yang tampil di Pagelaran NJP Garut ini yaitu Pondok Olah Seni Sari Kota Inten (Kab. Garut), CeIentung Selaawi (Kab. Garut), Saung Seni Raksaguna (Kab. Garut), lsmaya Production (Kab. Sumedang), Sanggar Seni Sunda Rancage (Kab. Majalengka), Sanggar Mayang Binangkit (Kota Tasikmalaya), Calung Moncal (Kota Tasikmalaya), Sanggar Ligar Munggaran (Kab. Pangandaran).

Terdapat 4 tahapan kegiatan Napak Jagat  Pasundan yang dijalani kedelapan paguron /sanggar tersebut sebelum memasuki Pagelaran Napak Jagat Pasundan ini.

Tahapan pertama adalah Gunem Catur,  berikutnya adalah NJP Lembur Kuring, dilanjutkan dengan NJP Kamonesan. Sedangkan rangkaian terakhir sebelum Pagelaran NJP yaitu Hariring Napak Jagat Pasundan.

Pada Pagelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan  Garut ini selain 8 sanggar/paguron yang tampil mewakili 5 Kabupaten Kota , kembali ditampilkan beberapa talent pendukung yang tampil di Pagelaran NJP Subang lalu.

Mereka adalah  Narasi Puisi Dodi Kiwari tentang Urang Sunda, Jimbot & Friend, Ega Robot Ethnic Percussion, Calung NJP, Sandrina (IMB) dan Doel Sumbang.

Selain disuguhi aksi para talent di atas panggung, pengunjung juga bisa menyambangi sejumlah booth unik seperti booth budaya, kaulinan urang lembur, booth Djarum, serta demo linting rokok.

Calung Moncal dari Kota Tasikmalaya menjadi penampil pertama pada sore hari. Selanjutnya Sanggar Ligar Munggaran Pangandaran menampilkan Eok dan Gondang.

Setelah narasi oleh Dodi Kowari, Sanggar Olah Seni Sari Kota Inten (Garut) dan Sanggar Mayang Binangkit (Tasikmalaya) menampilkan Tari Opening Kolaborasi.

Selanjutnya Sanggar Seni Sunda Rancage (Majalengka) menyajikan
Tari Topeng Kenteng Wuwung Kawangi.

Setelah itu penonton dibuat terpingkal- pingkal oleh banyolan para personel calung NJP.

Dilanjutkan dengan sajian Celentung dari Celentung Selaawi, Kabupaten Garut. Berikutnya penonton dibuat terpana oleh kolaborasi Jimbot &
Friend dengan Ismaya Production Sumedang.

Kemudian giliran aksi Ega Robot Ethnic Percussion yang berkolaborasi dengan Saung Seni Raksaguna Garut serta Sandrina .

Penyanyi Pop Sunda Doel Sumbang tampil di puncak acara melantunkan sederet lagu kojo, diantaranya Urang Sunda berkolaborasi dengan Jimbot dan ditutup dengan lagu Arti Kehidupan.

Perwakilan Coklat Kita, Tries Pondang menjelaskan pergelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan di Garut terasa spesial karena merupakan penutup rangkaian Napak Jagat Pasundan 2019 serta kembali digelar di Garut setelah terakhir pada 2015.

“Tahun ini kita merangkul kembali potensi-potensi penggiat budaya yang ada di daerah Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Banjar, Majalengka, dan Sumedang,” ujar Tries di sela-sela acara.

Menurut Tries spesialnya NJP kali ini menampilkan tarian yang sangat buhun dari Majalengka. Ia berharap bisa dinikmati warga Garut sebagai pengobat rindu karena tarian ini sudah lama tidak ditampilkan

Ia mengaku senang NJP yang tahun ini hadir di Lembang, Subang,serta Garut selalu mendapat respon positif, terutama dari Pemda, baik dari KBB, Subang dan Garut.

” Artinya kegiatan ini bukan sekedar tontonan saja. Tapi bisa menyentuh lebih dalam para penggiat budaya, khususnya yang ada di Jabar,” paparnya.

Kedepannya konsep NJP ini akan tetap dipertahankan, pasalnya konsep ini dinilai paling tepat, bermanfaat dan punya nilai lebih dari kegiatan budaya.

Pada kesempatan itu Tries juga menginformasikan bakal ada kejutan dari Coklat Kita Napak Jagat Pasundan pada 3 November mendatang.

“Kami akan hadir tapi dalam rangka milangkala Pangandaran. Itu
kejutan dari Coklat Kita dan Pemkab Pangandaran,” terangnya.

Salah satu duta NJP, Ega Robot mengaku sangat membanggakan bisa berkolaborasi dengan para seniman dari berbagai daerah di Jawa Barat. Ini yang paling  ia rasakan faedah, manfaat dan soulnya.

” Karena harus jujur bahwa seniman daerah itu merindukan sentuhan-sentuhan seperti kita, tapi kita tidak merasa yang paling baik, “ujar Ega.

Ia menambahkan enam tahun yang lalu mereka hanya sebagai penonton saja. Tapi sekarang mereka bisa merasakan bagaimana berada di panggung besar ini.

” Tujuan kita sederhana, yaitu mencoba mengartiskan mereka. Dalam tanda kutip bagaimana menggangkat harkat martabat mereka untuk lebih meningkat,” tutur Ega.

Aceng Hidayat dari Sanggar Seni Sunda Rancage, Majalengka yang menampilkan hasil karya tari topeng Wuwung Kawangi mengatakan Napak Jagat Pasundan benar – benar napak
, artinya berhasil menyentuh para praktisi seni di daerah.

Karena dengan hadirnya Ega Robot , Gondo, dan Jimbot sangat terasa bahwa selama ini para praktisi seni di daerah kurang tersentuh.

“Dengan program NJP ini benar-benar mengangkat kesenian dari daerah. Itu support yang luar biasa dengan hadirnya para maestro yang luar biasa di bidang seni pertunjukan,” jelasnya.

Menurut Aceng, ini jadi sebuah kebanggaan bagi pihaknya dan mungkin juga bagi seniman daerah, sebab karena panggung ini bukan hanya sebuah panggung biasa.

” Bagi kami ini panggung prestisius, dimana kami bisa satu panggung dengan para senior dan maestro yang karyanya sangat terkenal,”
kata Aceng.

Sandrina, penari talent NJP senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan NJP, karena bisa mengunjungi beberapa lokasi di Jawa Barat.

” Harapannya semoga NJP semakin sukses kedepannya, menginspirasi generasi sekarang buat bisa melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia” katanya.

Yoga, perwakilan Enam Communication selaku event organizer mengatakan, konsep NJP 2019 luar biasa karena merupakan pengembangan dari sebelumnya dimana NJP lebih menggali potensi sanggar yang ada di daerah.

“Tantangannya memang besar, tapi kami bersyukur NJP bisa berjalan sesuai harapan,” ujar Yoga.

Ia menjelaskan NJP telah menginjak periode ketujuh sejak digelar pada 2013 lalu. NJP awalnya mengusung konsep kenalkan budaya, kini jadi konsep sadulur sagalur yang mengolaborasikan seni tradisonal dan modern.

“Ada ratusan titik yang sudah kami datangi untuk menjaring sanggar dan pegiat seni di daerah, yang kemudian diperkenalkan kepada publik. Kami akan terus lakukan perbaikan untuk NJP tahun depan,” paparnya
(BUDI)

Leave a Reply