SPORTJABAR.COM-Pengadilan musik DCDC edisi ke-31 mengadili Fiersa Besari.Penulis sekaligus penyanyi pengusung genre Pop-Folk ini harus bertanggung jawab bahwa yang dia lakukan pada ruang musik dan literasi layak dikonsumsi oleh khalayak.
Pria yang akrab disapa Bung ini menjalani sidang menghadapi dakwaan dari duet jaksa penuntut umum,Budi Dalton dan Pidi Baiq di Kantin Nasion The Panas Dalam, Jalan Ambon, Kota Bandung, Kamis (21/3/2019) Malam.
Dalam sidang yang dipimpin oleh hakim,Man Jasad,terdakwa didampingi oleh dua pembela sekaligus, yakni Yoga (PHB) dan Ruli Cikapundung. Proses pengadilan dipandu oleh Eddy Brokoli selaku panitera.
Jalannya sidang berlangsung seru dan menarik.Pertanyaan-pertanyaan kocak dan nakal dari jaksa penuntut Pidi Baiq dan Budi Dalton seolah tak henti mengocok tawa penonton yang memadati Kantin Nasion The Panas Dalam.
Pada kesaksiannya Fiersa mengaku mulai mempelajari alat musik saat duduk di bangku SMP. Salah satu yang ia dengarkan adalah karya musisi lawas Gombloh.
“Tapi soal genre musik yang saya mainkan, saya tidak pernah mendeklarasikan genre apapun.Sampai pada akhirnya orang-orang mengatakan folk,” ujar Fiersa.
Selanjutnya dia memilih’berpetualang’ di dimensi artistik narasi dan lagu.Bahkan rela meninggalkan aktivitasnya sebagai pegawai di perusahaan swasta.
Ternyata keputusannya itu tak sia-sia.Karya-karya milik Fiersa Besari mendapat apresiasi dari penggemarnya.Buku berjudul ‘Garis Waktu’ yang dirilis 2016 lalu, selama empat tahun berhasil terjual lebih dari 10 ribu eksemplar. Melalui single andalannya ‘Juara Kedua’ namanya semakin berkibar di ranah musik.
Karya paling anyar yang ia sebarkan adalah rilis ulang album pertama 11:11 dan dikemas dalam sebuah buku dengan judul yang sama.
Jaksa Penuntut Budi Dalton pun melontarkan pertanyaan terkait album ‘Konspirasi Alam Semesta’ yang dirilis tahun 2015. Di mana pada karyanya ini Fiersa mengkolaborasikan musik dan buku.
“Konspirasi Alam ini menceritakan pertemuan dua anak manusia. Jadi setiap pertemuan dan perpisahan itu sudah ditentukan. Itu sudah menjadi Konspirasi dari alam,” jawab Fiersa.
Banyak hal yang diceritakan oleh Fiersa dalam lirik lagu maupun karya sastranya. Namun tema cinta yang mendominasi seolah menjadi merek dagang yang lekat dengan pribadi dia.
“Beberapa karya saya menceritakan tentang cinta, ada kepada Kota Bandung, kepada Negara dan kepada Ibu,” katanya.
Tim pembela Fiersa, Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung memberikan argumen kepada hakim, bahwa Fiersa merupakan sosok musisi yang terbilang langka.
“Fiersa bisa menulis buku sekaligus bernyanyi, ini layak menjadi inspirasi generasi saat ini,” kata Tim Pembela.
Menurut pembela, Fiersa Besari turut menyumbang suburnya perkembangan musik pop-folk tanah air saat ini.Bahkan karya-karyanya kini menjadi salah satu yang digemari generasi milenial.
Kejutan terjadi di akhir sidang, Hakim Man Jasad sempat memutuskan Fiersa tidak lulus.Namun dia masih diberikan kesempatan dengan syarat harus duel baca puisi dengan jaksa penuntut Budi Dalton.
“Terdakwa dan jaksa harus baca puisi tentang gunung,”kata hakim,Man Jasad.
Setelah melewati duel tersebut hakim pun memutuskan karya-karya Fiersa, baik buku dan lagu, layak dibaca dan didengarkan masyarakat.
Edisi Spesial
Perwakilan DCDC, Diki Dwisaptono mengatakan hadirnya Fiersa Besari membuat Pengadilan Musik edisi ke-31 menjadi sangat spesial.
“Kami sengaja menghadirkan Fiersa Besari untuk Pengadilan Musik edisi ke-31 lantaran memiliki keunikan tersendiri. Selain piawai membuat karya musik, talent kali ini pun memiliki semangat literasi,”ungkap Diki.
Menurut Diki sebagai wadah bagi para musisi berbakat indipenden, DCDC memiliki visi dan misi yang salah satunya mewadahi para musisi berbakat dan unik seperti yang dimiliki Fiersa melalui Pengadilan Musik.
Diakuinya,netizen sejak jauh-jauh hari meminta kepada DCDC agar menghadirkan Fiersa.Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk mendapatkan kepastian bisa mendatangkan Fiersa.
Ia menjelaskan, selain berdasarkan permintaan netizen, pihaknya pun memiliki tim kurator untuk memilih talent terbaik yang didatangkan ke Pengadilan Musik.
“Fiersa Besari patut diadili karena dalam waktu dekat dia juga akan meluncurkan buku terbaru dan sekarang sedang menyiapkan karya musik,” katanya.
Sementara itu pewakilan dari Atap Promotions, Uwie Fitriani menyampaikan,animo penonton sangat luar biasa pada Pengadilan Musik edisi ke-31 ini.
“Mungkin ada sekitar 300 orang yang hadir pada acara ini.Kita tahu tempat ini kan dapat menampung sekitar 150 sampai 200 pengunjung. Tapi bisa dilihat, hari ini banyak pengunjung yang rela berdiri karena tidak kebagian tempat duduk,” ujar Uwie.
Penonton yang hadir,lanjut Uwie tak hanya dari Kota Bandung. Bahkan mereka yang berasal dari Surabaya dan Bali tidak ingin ketinggalan menyaksikan acara yang dikemas menarik tersebut.(BUDI)