SPORTSJABAR.COM-Grup band folk akustik asal Bandung,Parahyena yang jadi terdakwa pada DCDC Pengadilan Musik edisi ke-41 ,bisa membuktikan bahwa
perpaduan musik Barat dan Timur yang mereka usung dapat menghasilkan karya musik yang berkualitas dan enak didengar.
Persidangan dipimpin Man Jasad sebagai hakim, didampingi panitera,Edi Brokoli yang mengatur jalannya persidangan,berlangsung di Kantin Nasion Rumah The Panas Dalam, Kota Bandung, Jumat (28/2/2020).
Dalam persidangan yang dihadiri ratusan Coklat Friends ,grup band yang berdiri tahun 2014 ini duduk sebagai pesakitan menghadapi tuntutan jaksa ,Budi Dalton dan Pidi Baiq.Terdakwa didampingi duet pembela Yoga PHB dan Ruly Cikapundung.
Line-up Parahyena terdiri dari Sendy Novian (Guitalele, Vokal), Fariz Alwan (Bangsing), Radi Tajul (Gitar), Iman Surya (Violin), Saipul Anwar (Kontra Bass) dan Fajar Aditya ( Cajon).
Dalam praktek bermusiknya, Parahyena mengadaptasi elemen musik-musik tradisional nusantara dan menggabungkannya dengan gaya musik atau genre
pada musik barat dan timur secara umum.
Pidi Baiq bertanya soal filosofi nama Parahyena yang diambil sebagai nama band. Apalagi Parahyena yang diambil dari nama hewan buas merupakan
sebuah nama yang cukup unik dan asing.
Sendy menjelaskan, Parahyena terlahir dari sebuah ketidaksengajaan. Pada
mulanya para mahasiswa ISBI Bandung ini sering melakukan aktivitas di alam terbuka bersama-sama.tiba-tiba tercetus ide untuk membuat sebuah band dengan format akustik sederhana namun menyenangkan.
“Jadi awalnya terbentuk pas bulan puasa, tanggal 11 Juli 2014, awalnya bukan Parahyena tapi Cucu And The Tangkal Nangka. Sementara Parahyena itu tagline, tapi karena namanya panjang namanya jadi saja Parahyena, dan itu
diambil dari Hyena, ” katanya
Hyena adalah satwa yang memiliki karakter yang cerdas dan memiliki
semangat bekerjas secara bersama-sama.Semangat kebersamaan itulah yang menjadi filosofi nama Parahyena.
Pada tahun 2014 mereka merilis single perdana dengan judul ‘Penari’. Pada lagu ini Parahyena mulai mencoba meramu dan mengemas musik akustik
dengan sentuhan warna etnik.
Jaksa Penuntut Budi Dalton ingin tahu mengapa single pertama berjudul Penari.
Menurut Sendy, single Penari terilhami dari kondisi kampus tempat mereka berasal yaitu ISBI. Di kampus terdapat begitu banyak kegiatan sehari-hari yang terkait dengan seni, dari tradisional hingga yang modern.
“Misalnya banyak yang bermain gamelan, banyak penari dan lain-lain, itu mengilhami kami.Lagu“Penari”, bercerita tentang ketertarikan manusiawi
apabila melihat alunan gerak, kerlingan mata, lentikanya jemari, gemulai tubuh, seakaan ada makna yang ingin penari tawarkan disana, walau terkadang tak tahu apa arti dari maksudnya,”paparnya.
Pidi dan Budi Dalton juga bertanya soal konsep band yang mengkolaborasikan musik etnik dan moderen.
Sendi mengaku meskipun dari setiap personil Parahyena memiliki kultur musik yang nyaris berbeda, namun hal itu justru menjadi sebuah keseruan dalam
membangun warna musik bandnya.
“Kita memasukan elemen-elemen tradisi, misalnya suara kendang di cajon, jadi lebih ke ritmik. Kalau secara genre nuansa timur barat ada gipsy, melodic core,
swing, Arabic, latin, melayu dan lain sebagainya itu disenyawakan saja,”
jelasnya.
Pembela, Ruli Cikapundung menambahkan bahwa musik etnik dan moderen ini merupakan perpaduan apik yang bisa menghasilkan karya luar biasa.
“Saat mendengat intro lagunya saja kita seperti ingin terus mendengar
intronya,” ujarnya.
Di tahun 2015 mereka kembali merilis Single kedua berjudul ‘Ayakan’. Dalam single ‘Ayakan’ ini Parahyena berkolaborasi dengan Dimas Wijaksana dari band
Mr. Sonjaya.
Single ketiga berjudul ‘Dibawah Rembulan” dirilis pada tahun 2016. Pada lagu ini di tahun yang sama pada 3 Agustus 2016 Parahyena resmi meluncurkan albumnya berjudul ‘Ropea’. Judul album ini mempunyai arti memperbaiki atau
memperbaharui dalam bahasa Sunda.
Pada tahun 2019 Parahyena mengeluarkan album kedua berjudul ‘Kirata’.Tujuh lagu instrumental dengan racikan gipsy, melodic core, swing, Arabic,
latin, melayu dan lain sebagainya diramu dan dibalut dengan bumbu nusantara.
Diawal tahun 2020 mereka kembali merilis sebuah video klip dari lagu berjudul ‘Celementree’ yang disutradarai oleh SWKRS.Video klip lagu ini menyinggung isu lingkungan hidup yang dikemas dalam animasi.
Isu lingkungan yang disampaikan dalam video klip lagu ini mendapat apresiasi dari Hakim Man Jasad.
“Parahyena patut diapresiasi karena berhasil memadukan musik Timur dan Barat .Isu lingkungan yang diangkat lewat lagu celementree memperlihatkan
kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup.Dengan ini kami putuskan
Parahyana bebas dari dakwaan,” tandas Man Jasad.
Perwakilan DCDC, Dikki Dwisaptono menjelaskan bahwa DCDC Pengadilan Musik edisi ke-41 ini merupakan edisi yang cukup spesial karena telah ikut mengangkat band kampus.
Menurut Dikki hadirnya Parahyena dalam DCDC Pengadilan Musik merupakan sebuah dorongan bagi para musisi indie dan anak muda pada umumnya untuk terus berkarya seperti band Parahyena.
“Mereka band yang dibilang unik karena memadukan unsur etnik dengan moderen.Kami berharap Parahyena bisa memberIkan inspirasi bagi para musisi
indie lainnya,” tutur Dikki.
Dikki menyebutkan bahwa hingga episode 41, DCDC Pengadilan Musik terus berupaya menampilkan band-band muda dengan karya-karya terbaik yang bisa menginspirasi band lainnya.
“Sampai detik ini DCDC Pengadilan Musik selalu penuh dengan tantangan karena kita selalu mengevaluasi setiap edisi yang kita tampilkan. ,”katanya.
Sementara itu,perwakilan Atap Promotion, Uwie Fritriani mengatakan DCDC Pengadilan Musik selalu mereview band-band yang selalu update di portal resmi DCDC.
“Kita tidak terpaku band yang baru mengeluarkan karya saja tapi yang pasti fresh.Yang jelas DCDC Pengadilan Musik dikatakan telah berkomitmen mengangkat band yang mempunyai karya,”ujar Uwie.
Menurutnya, DCDC Pengadilan musik tidak hanya mengangkat band indie baru saja tetapi juga band-band yang sudah memiliki nama besar. Seperti / rif di edisi sebelumnya.
“Untuk band lama seperti /rif ,kita lihat momentum. Selain sudah 25 tahun menghiasi musik Indonesia mereka pun baru merilis single baru, jadi kita angkat,” ujarnya.
Ia bersyukur dengan konsep ini hingga memasuki 41 episode sudah 3 tahun lebih,DCDC Pengadilan Musik tetap dinanti oleh coklat friends.(BUDI)