SPORTSJABAR– Gegara patah hati band asal Bandung For Revenge diseret ke meja hijau DjarumCoklat Dot Com (DCDC) Pengadilan Musik, yang digelar di Kantin Nation The Panas Dalam,Jalan Setiabudhi ,Kota Bandung,Rabu 28 Februari 2024.
Band yang terbentuk sejak 2006 ini harus mempertanggung jawabkan ulahnya selalu
membuat baper para penikmat musiknya, yang terhanyut dengan lagu bertema patah hati.
Malah sang vokalis, Boniex, lewat album Perayaan Patah Hati – Babak 1 (2022) mengajak pendengar untuk menikmati masa tersebut. Kata-kata manis Jaksa Penuntut, Pidi Baiq menyoal “Patah hati itu potensi, potensi untuk membuat puisi” semakin memperindah situasi yang banyak dihindari para remaja.
“Daripada dihindari lebih baik dirayakan. daripada sendiri, lebih baik kita rayain bareng-bareng patah hati ini,” kata Boniex.
Sepak terjang For Revenge sendiri sudah tak usah diragukan. Digawangi Boniex Noer (Vokal), Arief Ismail (Gitar), Izha Muhammad (Bass), dan Archims Pribadi (Drum), band ini sukses bertahan di industri musik selama 18 tahun.
Keidealisan mengusung tema patah hati membuat For Revenge merengkuh kejayaan. Boniex menjelaskan mengapa band yang memiliki arti pembalasan tersebut memilih bertahan dengan latar belakang patah hati.
“Hampir semua lagu soal patah hati, dari awal benang merah For Revenge itu soal patah hati. Makanya kami jadikan tagline perayaan patah hati. Jadi kita pengen ajak pendengar kita buat ngerayain patah hati,” jelasnya.
Dalam perjalannya, For Revenge sendiri telah menyuguhkan lagu bernuansa patah hati ke dalam 4 album berbeda. Firework pada tahun 2010, Second Chance (2013), Auristella (2019), dan terakhir yang menjadi spotlight yakni Perayaan Patah Hati – Babak 1 (2022).
Dalam album tersebut, fokus perhatian Jaksa Penuntut, Budi Dalton yakni peralihan lirik bahasa Inggris yang semula dominan di album pertamanya yakni Firework, berubah di album kedua dengan banyak diisi frasa berbahasa Indonesia.
“Lagu-lagu awal kamu itu bahasa Inggris, terus sekarang jadi banyak bahasa Indonesia, apa alasannya? Apa karena mantan kamu gak ngerti bahasa inggris,” tanya Budi dibarengi gelak tawa penonton.
Menurut Boniex, hal tersebut dilatarbelakangi oleh khasanah atau frasa bahasa Indonesia yang kaya. Sehingga penyampaian pesan yang coba dituangkan ke dalam lirik lagu bisa sampai kepada penikmatnya.
“Khasanah bahasa indonesia kan kaya, kita bisa eksplorasi di situ supaya makin beragam. Dan juga supaya pesan lagunya bisa sampai kepada penikmatnya,” ungkapnya.
Jaksa Penuntut, Pidi Baiq menimpali soal icon yang tersemat pada Band For Revenge yang identik dengan icon patah hati.
“Gak takut dianggap lemah karena dianggap jadi icon band patah hati?” Kata Pidi seraya tertawa.
Menurut sang vokalis, genderisasi yang tersemat bahwa lelaki menangis mengartikan sebagai kaum yang lemah merupakan salah kaprah. Menangis merupakan emosi natural tatkala raga sedang merenungi keadaan.
Disisi lain, menyoal icon patah hati, menurutnya hal tersebut merupakan apresiasi dan identitas yang tersemat pada band For Revenge.
“Justru laki-laki nangis itu bukan berarti lemah, kita tidak takut dibilang lelaki lemah. Kalai icon patah hati itu kita anggap sebagai apresiasi saja,” paparnya
Perayaan Patah Hati – Babak 1 nyatanya tak hanya tagline semata. Pertengahan 2022 lalu, beberapa nomor yang merangkum album tersebut sukses menjangkau pendengar yang begitu luas, puluhan hingga ratusan juta stream membanjiri kanal digital mereka.
Bahkan, salah satu nomor andalan For Revenge yakni “Serena” berhasil didaulat menjadi soundtrack untuk Film Ali Topan karya Sidharta Tata.
Selain itu, For Revenge memberi suguhan berbeda pada karya Perayaan Patah Hati – Babak 1 yang dibalut dengan versi orkestra. Aransemen ini langsung direkam dari gelaran Orkestra Perayaan Patah Hati, di Niti Mandala Renon, Bali.
Hakim DCDC Pengadilan Musik, Man Jasad lantas membacakan putusan sidang atas pertanggungjawaban For Revenge. Dirinya berharap, band asal Bandung tersebut bisa terus berkarya di industri musik Indonesia.
Ditempat yang sama, Produser DCDC Pengadilan Musik, Adi Handi menyebut, latar belakang pemilihan For Revenge pada gelaran pertama DCDC Pengadilan Musik di tahun 2024 dikarenakan Band asal Bandung tersebut memiliki karya yang iconik.
“Jadi acara DCDC itu merupakan acara yang mencoba mengadili dalam tanda kutip yah. Karya-karya yang bagus, dan punya dampak bagi para penonton. Dan salah satu yang terpilih mengawali tahun ini adalah For Revenge,” kata Adi
“Mereka baru merilis album orkestra. Album lama yang kemudian di remake ditambahin unsur orkestranya,” lanjut Adi
Dirinya menjelaskan terkait program DCDC Pengadilan Musik yang sempat vakum selama 14 bulan. Menurutnya, faktor sarana prasana yang menyebabkan acara yang disponsori Coklat Kita terpaksa urung bergulir.
“Banyak hal ya, terutama ketersediaan tempat. Karena kita tahu, sebelumnya kita punya tempat di jalan Ambon, kemudian akhirnya harus berakhir. Dan akhirnya sekarang kita punya Kantin Nation Panas Dalam yang baru, akhirnya bisa terselenggara,” ungkapnya
Dengan adanya tempat terbaru ini, pihaknya bakal kembali menyuguhkan sajian-sajian yang telah lama tak terselenggara akibat permasalah ketersediaan tempat.
“Ke depannya ini akan menjadi Homebase pengadilan musik. Kemudian bakal banyak lagi hadir band, musisi, yang akan kita adili karya-karyanya,” ujar Adi memungkasi.(BUDI)