SPORTJABAR.COM-Nama Dede Suryana mungkin belum banyak dikenal di dunia olahraga Indonesia.Namun di kalangan penggemar surfing, Dede sudah tak asing lagi.Maklum prestasi surfer asal Cimaja,Sukabumi ini sudah mendunia.
Pria kelahiran 11 Oktober 1985 ini mulai belajar surfing saat berusia tujuh tahun,diajari oleh teman kakak-nya yang bernama Dicky Zulfikar.
Dia juga lah yang memberikan papan surfing pertama kepada Dede untuk bermain surfing. Selain bermain surfing Dicky Zulfikar juga seorang atlet windsurfing Jawa Barat.
Dede mulai ikut bertanding pada usia 9 tahun di kampung halamannya.Demi mewujudkan mimpinya di dunia surfing, Dede hijrah ke Bali ketika menginjak 15 tahun.
Di pulau dewata itu, Dede mengasah kemampuannya tanpa henti bersama surfer lainnya untuk menjelajah ombak terbaik di Tanah Air.
Sejak saat itu, Dede telah berkeliling dunia mengikuti berbagai event internasional di empat benua,yaitu Asia,Australia,Eropa hingga Amerika.
Dari sekian banyak koleksi gelar juara miliknya yang paling berkesan adalah saat merebut dua medali emas Asian Beach Games 2008 serta Asian Surfing Championship 2014 dan 2016.
“ASC 2016 dan 2014 salah satu prestasi yang membanggakan dalam karier profesional saya. Tapi, ada satu lagi yang sangat monumental. Yaitu, ketika menyumbang dua medali emas untuk Indonesia di Asian Beach Games 2008,” tutur Dede.
Asian Beach Games (ABC) merupakan pesta olahraga pantai yang diikuti ratusan atlet di seluruh negara Asia. Pertama kali diadakan di Bali, Indonesia pada 2008.
Sepuluh tahun silam, Dede meraih dua emas di kategori men’s aerial dan mixed team. Saat itu, Indonesia jadi juara umum ABC dengan 23 emas yang tiga di antaranya disumbang dari cabang surfing (selancar).
“Berkat ABC 2008, akhirnya surfing bisa masuk Olimpiade pada 2020 di Tokyo, Jepang. Saat itu, IOC (International Olympic Committee) mengenal surfing yang kebetulan Indonesia yang terbaik di antara negara Asia lainnya,” Dede, menjelaskan.
Ia mengaku sangat senang bisa menjadi surfer professional karena memiliki banyak kesempatan melanglangbuana ke luar Indonesia mengikuti berbagai event surfing internasional.
“Saya sangat bersyukur dan senang karena saya dapat dukungan penuh dari sponsor saya Quiksilver,”kata Dede yang mengidolakan legenda surfing dunia,Jhon Jhon Florence (Hawaii) dan Gabriel Medina (Brazil).
Ia senang melihat perkembangan surfing di Indonesia yang dinilainya berkembang sangat pesat.Sekarang banyak orang yang mulai menggemari sufing.
Bahkan menurut Dede di kampung halamannya saat ini sudah mulai banyak surfer lokal yang memenuhi pantai. Juga banyak turis-turis asing yang datang.
“Sekarang untuk belajar surfing jauh lebih mudah. Karena banyak video ataupun teori teori surfing yang bisa kita lihat di internet. Dan hal itu juga membuat orang-orang terutama kalangan muda tertarik untuk blajar surfing,”paparnya.
Dengan kondisi ini Dede yakin akan semakin banyak bibit-bibit surfer baru di Indonesia dengan kualitas lebih baik. Ia berharap, semoga suatu saat nanti Indonesia memiliki surfer yang bisa berada di liga surfing dunia dan mengharumkan nama Indonesia di tingkat Internasional.
Pria 33 tahun ini merilis film pendek berjudul “Cimaja Edan”. Yaitu, film dokumenter mengenai kegiatannya di berselancar bersama rekan-rekannya di kampung halaman di Cimaja, Sukabumi.
“Meski singkat, hanya beberapa menit, tapi video ini direkam butuh waktu dua bulan. Pengerjaannya dilakukan dua rekan asal Prancis,” jelas Dede.
Saat ini selain masih aktif ikut kompetisi,terutama yang digelar di Indonesia,Dede bersama istri tercinta Suci Permata Dewi membuka toko alat surfing,kursus surfing,serta home stay di kawasan pantai Cimaja. (BUDI)