SPORTSJABAR.COM-Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, mengatakan banyak hal yang menjadi bahan evaluasi dari penampilan enam ganda putra di ajang Mola TV PBSI Home Tournament. Selama tiga hari berlangsung, Herry melakukan penilaian terhadap performa anak-anak didiknya.
Herry memberikan apresiasi atas penampilan Fajar Alfian/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan yang menjadi pasangan terbaik di kompetisi ini. Menurut Herry, Fajar/Yeremia bisa tampil konsisten dari pertandingan pertama hingga pertandingan kelima.
Pada laga terakhir, Fajar/Yeremia mengalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Moh. Reza Pahlevi Isfahani dengan skor 21-18, 21-18.
“Di awal turnamen ini, saya masih belum bisa memprediksi siapa juaranya, karena kekuatan semua pasangan memang merata. Tapi setelah tiga-empat pertandingan, saya melihat Fajar/Yere (Yeremia) bisa jadi juara, karena mereka mainnya konsisten sekali,” kata Herry saat diwawancara Badmintonindonesia.org.
Menurut Herry, komunikasi antara Fajar yang lebih senior dengan Yeremia yang lebih muda, juga menjadi salah satu kunci keberhasilan duet dadakan ini.
“Sebelumnya kan Yere sering error, tapi kelihatan banget Fajar ngebimbing. Dia kasih masukan, kasih semangat dan bilang jangan kendor, harus fokus. Di pertandingan penentu tadi, mereka di game kedua sempat kejar-kejaran angka sama Kevin/Reza, lalu Fajar kasih masukan ke Yere, dan Yere bisa ngejalanin itu,” jelas Herry.
Sementara itu, Herry tak menduga Fajar/Yeremia menang straight game atas Kevin/Reza yang ada di peringkat kedua klasemen.
“Saya pikir akan berlangsung rubber game, ternyata Fajar/Yere menang dua game langsung. Saya tanya sama Kevin, memang kondisi fisiknya belum balik karena latihannya belum seratus persen selama masa pandemi ini dan langsung tanding, main sehari dua kali,” sebut Herry.
Herry mengatakan bahwa banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran oleh para atlet dari turnamen ini. Contohnya pada pasangan Muhammad Rian Ardianto/Daniel Marthin yang mencoba untuk bangkit setelah di hari pertama gagal merebut kemenangan. Rian/Daniel yang sesama pemain belakang, cukup kesulitan untuk mengolah permainan di depan net sehingga mereka tidak mendapat kesempatan untuk menyerang.
“Saya memang kasih masukan ke mereka, harus ada yang main di depan, dipilih dong siapa yang bisa pancing bola, harus ada yang mengatur, jadi permainannya bisa hidup. Bagusnya mereka walaupun belum bisa menerapkan di dua pertandingan pertama, tapi bisa bangkit dan membuktikan di pertandingan-pertandingan selanjutnya,” beber Herry.
Sepanjang kompetisi ini, Herry berharap para pemain muda bisa mengambil pengalaman sebanyak-banyaknya dari para senior mereka. Herry mengatakan bahwa pemain muda beruntung bisa mencicipi rasanya berpasangan dengan senior-senior mereka yang punya rangking dunia cukup bagus.
Pemain senior pun semestinya bisa belajar dari turnamen ini, bahwa membimbing pemain muda itu tidak mudah.
“Pemain senior sudah biasa pasangan sama yang selevel, selalu sesuai dengan pemikiran mereka, seperti harapan mereka, cara mainnya dan sebagainya. Sekarang harus bimbing yang junior, harus manage hatinya, nggak boleh kesel-kesel karena rata-rata kan yang sering ‘mati’ itu pemain junior,” kata Herry.
“Sebagai senior, mereka harus bisa menerima kekurangan partner dan belajar bagaimana bisa membangkitkan semangat partnernya,” lanjut Herry.
Dari enam pasangan yang berlaga, Herry mengelompokkan penampilan mereka jadi tiga bagian. Yang pertama yang dinilainya stabil dari awal sampai akhir yaitu Fajar/Yeremia. Kemudian yang terus menanjak dari bawah ke atas yaitu Rian/Daniel. Sedangkan Marcus Fernaldi Gideon/Muhammad Shohibul Fikri, Hendra Setiawan/Pramudya Kusumawardana Riyanto dinilainya cukup baik di awal namun penampilannya menurun.
Herry menilai Leo/Ahsan sebetulnya punya peluang, akan tetapi Leo harus masih menambah kekuatan tangannya, hal ini yang paling digarisbawahi Herry dari performa Leo di sepanjang kompetisi ini. (*/badmintonindonesia.org)