SPORTSJABAR-Menyesakan, Timnas bola voli putra Indonesia meredup di ajang SEA V LEAGUE 2024. Dio Zulfikri cs loyo. Ambisi sapu bersih kemenangan di seri pertama pun tak terwujud. Indonesia hanya meraih dua kemenangan dari tiga laga yang diraih dengan susah payah di Ninoy Aquino, Stadium, Manila, Filipina,16-18 Agustus 2024.
Rendy Tamamilang dan kawan-kawan kalah memalukan, disikat Thailand dalam tiga set 0-3 ( 21-25, 23-25, 20-25) pada laga pembuka, Jumat 16 Agustus 2024. Beruntung di 2 laga selanjutnya, penampilan Garuda Indonesia membaik. Mereka menang atas tuan rumah Filipina 3-1 ( 23-25, 25-19, 25-11, 25-21 ), lalu, di laga terakhir, dipaksa kerja keras sebelum tekuk Vietnam full set 3-2 (21-25, 25-21,19-25, 25-22, 15-12).
Atas raihan ini, Timnas Indonesia berhak kantongi nilai (5 dari 3 laga) dengan kehilangan (6 set dari 9 set) dan duduk sebagai runner up. Thailand yang tampil ciamik jadi juara seri pertama tanpa kehilangan 1 set pun alias tak terkalahkan dengan nilai sempurna 9.
Meski tak juara di seri Filipina, voli mania bisa tersenyum lantaran ada oleh-oleh yang dibawa yakni dua gelar individu yakni Most Valuabel Player (MVP) atas nama Hendra Kurniawan (middle blocker) dan (setter), Dio Zulfikri.
Selesai seri pertama. Kiprah Timnas Indonesia berlanjut di seri ke-2 SEA V LEAGUE 2024, yang lebih menantang karena akan berlangsung di Tanah Air, tepatnya di GOR UNY, Yogya, 23 sampai 25 Agustus 2024. Harapannya sapu bersih kemenangan terutama balas dendam kepada Thailand.
Penyebab Loyo Timnas
Tak dipungkiri, penampilan Timnas Indonesia di SEA V LEAGUE seri ke-1 Filipina tak segarang yang diprediksi. Hal ini terjadi karena ada kendala menyertai diantaranya mepetnya waktu persiapan dan faktor non teknis.
Bicara skil individu pemain Timnas tak perlu diragukan lagi. Jika head to head dengan 3 kontestan lain terlebih Thailand yang menjadi jawara, skil teknis individu penggawa Timnas berani diadu masih yang nomor 1.
Pertanyaanya, mengapa Timnas Indonesia melempem ? karena persiapan yang tak matang serta pemilihan pemain bukan oleh pelatih tapi federasi. Jelas konsep ini kurang tepat dan berpotensi gagal.
Bila disimak, Timnas voli putra kurang lebih punya waktu 10 hari latihan. Durasi 10 hari adalah waktu yang singkat. Cemistry belum ketemu apalagi kekompakan. Membentuk tim kuat dan cakap butuh waktu dan proses.
Faktor lain yang berpengaruh adalah kebugaran. Teknik, fisik dan mental pemain Timnas topnya di Proliga. Selain itu bisa jadi faktor kejenuhan karena terus bersentuhan dengan voli, tak ada waktu untuk rehat. Jadi ketika masuk Timnas, kemungkinan permainan terbaiknya sudah lewat dan untuk mengembalikannya butuh waktu dan adaptasi.
Semua ini terjadi karena tak nyambungnya agenda voli nasional dengan international yang pada akhirnya Timnas menjadi korban.
Faktor lain yang perlu dibenahi federasi adalah bongkar pasang pemain Timnas. Sudah menjadi rahasia umum, setiap ada event pemain yang menghuni Timnas berganti. Bagaimana mau padu jika hal ini terjadi terus. Bandingkan dengan tim lain.
Thailand rujukannya. Pemainnya tetap selagi layak, kalaupun ada penambahan disesuaikan dengan kebutuhan tim.
Demikian juga pelatih Timnas Indonesia. Sejatinya seorang pelatih kontraknya jangka panjang tidak per event atau kejuaraan. Indonesia bagaimana ?
Apakah SEA V LEAGUE seri ke-2, dimana Timnas akan langsung didukung ribuan voli mania yang datang langsung ke venue pertandingan akan ada perombakan pemain. Jika ada biarkanlah pelatih yang menentukan bukan federasi.
PBVSI diharapkan segera tentukan pelatih yang akan memoles Timnas di ajang AVC bulan September 2024 nanti.
Semoga di Seri Indonesia kelemahan yang kentara yakni defend terutama blok bola quick yang sering jebol bisa diperbaiki. Dengan begitu, kegagalan target juara di leg pertama bisa terobati dengan juara di leg kedua nanti.(RESTU)