DCDC Pengadilan Musik Virtual:Gara-Gara Hal Ini,Ikhsan Skuter Divonis Tidak Bebas

Posted by
Bagikan kiriman ini

SPORTSJABAR-DCDC Pengadilan Musik Edisi ke-47 Virtual mengadili seorang residivis yang pernah menjadi terdakwa delapan bulan lalu,yaitu Ikhsan Skuter.Musisi asal Malang ini diseret ke persidangan yang digelar di Kantin Nasions The Panas Dalam,Jalan Ambon,Bandung,Jumat,27 Agustus 2021.

Ikhsan kembali berurusan dengan Pengadilan untuk mempertanggung jawabkan karyanya berupa album ke-14 dengan titel Orbit.Dalam sidang yang dipimpin Man Jasad sebagai hakim,terdakwa harus menghadapi tuntutan dari duet jaksa,Budi Dalton dan Pidi Baiq.

Namun terdakwa tidak sendirian.Dia didampingi oleh pembela Rully Cikapundung dan Yoga PHB yang dikenal gigih dalam melakukan pembelaan pada kliennya.

Budi Dalton langsung mencecar terdakwa dengan pertanyaan perubahan pada album terbaru dibanding lima tahun lalu.

Ikhsan mengaku album bertajuk Orbit yang lahir di masa pandemi Covid-19 lebih simpel dan bahasanya tidak vulgar.

“Gaya penuturannya mungkin, saya mencoba untuk ada sisi marahnya tapi marah yang
kita percuma marah meledak-ledak karena bagaimanapun juga pandemi ini bukan hanya terjadi di Indonesia tapi seluruh dunia,”ujar Ikhsan.

Pidi Baiq menimpali, Ikhsan sudah merilis 14 album sejak tahun 2012,mengapa ngotot di dunia musik?.

“Karena tak ada yang bisa saya lakukan selain musik,”kata Ikhsan.

Pembela Ikhsan,Yoga PHB menyebut produktivitas terdakwa dalam menghasilkan karya bisa dijadikan contoh bagi musisi lain bagaimana cara bikin album.

Masa sulit ini seolah tidak menyurutkan kreatifitasnya. Banyak terkurung di rumah, justru semakin banyak kesempatan baginya untukmengumpulkan energi dan kembali membuat album anyar bertajuk Orbit yang dirilis di masa pandemi Covid-19.

“Kenapa tega rilis album di masa pandemi ?,”ujar Dalton.

Ikhsan mengakui pandemi momen tepat untuk mendokumentasikan kejadian yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

“Kalau seniman tidak bisa mendokumentasikan momen spesial ini kurasa dia melewatkan banyak hal, dan akhirnya nggak hanya bisa bikin lagu ya itu menjadi trigger saya untuk membuat karya,”paparnya.

Ia menambahkan menerapkan suicide marketing dalam memperkenalkan album terbarunya, misal dengan bilang ini album jelek.Hal ini membuat orang penasaran.

Sang pembela,Rully Cikapundung menilai album Ikhsan memiliki soul,karena seperti mewakili kegelisahan masyarakat.

“Album ikhsan ada soulnya. Orang yang susah merasa ada yang ikut menyuarakan bagaimana kondisi mereka di tengah pandemi,”papar Rully.

Dalton mempertanyakan apa makna orbit yang dijadikan titel album ke-14.

Ikhsan pun kilas balik ke masa orde baru ketika presiden Suharto menyatakan satelit Palapa masuk orbit.Ia berharap semoga album terbarunya bisa mengorbit seperti satelit Palapa.

“Semoga lagu dalam album Orbit ini mentriger orang untuk melakukan sesuatu agar menjadi lebih baik. Seni bukan hanya untuk menghibur tapi juga media penyampai pesan,”tuturnya.

Di penghujung persidangan Eddi Brokoli selaku panitera yang mengatur jalannya persidangan melakukan uji kompetensi seputar lagu-lagu karya Ikhsan Skuter.Dan ternyata jawaban terdakwa banyak yang salah.

Rupanya hasil uji kompetensi ini berpengaruh pada vonis yang dijatuhkan hakim pada persidangan ini.

“Sangat disayangkan musisi lupa karyanya dalam uji kompetensi. Maka dari itu kedepan harus ingat karyanya. Maka hasil DCDC Pengadilan Musik edisi ke-47 terdakwa residivis dinyatakan tidak bebas,”tandas Man Jasad seraya ketuk palu.

Di tengah pandemi ini DCDC masih menggelar Pengadilan Musik secara virtual untuk memenuhi keinginan para penggemarnya di tanah air.Perwakilan DCDC Karina mengatakan bahwa DCDC pengadilan musik ini sudah punya banyak sekali penggemar yang loyal.

Acara ini juga sudah terkenal di kalangan musisi juga,sehingga DCDC masih mempertahankan supaya DCDC pengadilan musik diadakan dengan cara virtual untuk sementara ini.

“Ini kami lakukan demi menghargai kebijakan pemerintah akan pandemi, tapi kami tetap optimistis bahwa satu hari nanti kita akan tetap mengadakan pengadilan musik secara offair lagi,”ujar Karina.

Dia optimistis karena kalau melihat dari apa yang terjadi saat ini, sepertinya kondisi pandemi sudah makin membaik sudah makin bisa dikontrol.Pihaknya pasti akan tetap berusaha supaya pengadilan musik yang dulu dikenal sama banyak masyarakat bisa kembali lagi.

Terkait dipilihnya Ikhsan sebagai terdakwa untuk kedua kalinya,Karina mengakui Ikhsan pertama kali diundang di DCDC Pengadilan Musik pertama tahun 2016.

“Kenapa kami memilih Iksan lagi sebenarnya balik lagi kami punya memang punya banyak antrian tapi Iksan ini memang selalu punya daya tarik tersendiri untuk kami.Ditambah dia sangat produktif, kami rasa itu memang perlu diapresiasi lebih.Dan kami lihat juga secara perkembangan musik folk masih sangat stabil saat ini jadi Ikhsan yang kami pilih lagi,”paparnya.

Karina mengatakan sudah mengantungi sejumlah nama yang jadi kandidat bintang tamu untuk episode selanjutnya,tinggal ditindaklanjuti nanti.Kemungkinan akan ditayangkan secara berkala karena rencananya ini akan tetap rutin sebulan sekali seperti sebelum pandemi.

Menurut dia untuk sekarang musisi yang masuk daftar tunggu kebanyakan band, karena memang kalau diperhatikan beberapa band di masa-masa pandemi ini justru mereka cukup produktif.

“Jadi kita punya cukup banyak antrian dan kita akan memilih yang menurut kami hypenya masih akan lebih dapatlah untuk di episode selanjutnya,”tandas Karina.

Pengadilan Musik episode ke-47 cukup mengejutkan karena terdakwa divonis tidak bebas oleh hakim Man Jasad.

Ikhsan tampak santai menerima vonis tersebut,dan melihat sisi positif dari putusan yang dijatuhkan hakim.

“Artinya saya harus membuat karya lagi untuk kemudian akan disidangkan lagi di pengadilan musik.Tapi meskipun tidak lolos itu ternyata menambah imun saya untuk tetap produksi karya,”jelasnya.

Ia mengaku tetap bersemangat berkarya,bahkan berencana merilis album ke 15 di bulan September.

Musisi asal Malang ini memang sangat produktif.Menurut pengakuannya setiap album rata- rata selesai paling lama seminggu.Satu album ada yang berisi 10 hingga 15 lagu.

“Saya bikin album sejak tahun 2012, kalau yang pandemi ini album ketiga,jadi dalam setahun terakhir rilis tiga album sampai Orbit,”ungkap Ikhsan.

Lagu-lagu karya Ikhsan dikenal sarat kritik sosial.Meskipun agak berbeda penyampaiannya album ke 14 ini ciri khasnya itu masih ada.

“Kritik sosial menjadi benang merah sih, tetap ada cuma gaya penuturannya enggak sevulgar di album-album sebelumnya gitu.Mungkin album terakhir lebih smooth,”tuturnya.

Ikhsan meski gemar bercanda sangat hati-hati dalam memberi nama album.Bagi dia semua karya semua album itu adalah anak kandung dari idenya,jadi semua album selalu mencoba memberikan nama yang baik buat anak itu.

“Harapan saya album Orbit ini bisa lebih naiklah, dari sisi bukan hanya bicara jualan aja tapi dalam hal apapun lebih naik level dari kedewasaan dari banyak hal,”tandas Ikhsan.(BUDI)

Leave a Reply