SPORTSJABAR-Konser virtual bertajuk Spirit Of The Decade merupakan perayaan satu
dekade kolaborasi Supermusic bersama Hellprint. 14 Showcase tersaji dalam rangkaian
Spirit Of The Decade, yang menampilkan sederet band lintas genre.
Tidak hanya menampilkan genre musik ekstrim seperti Metal, Death Metal, Black Metal,serta Hardcore. Perayaan 10 Tahun ini pun menampilkan sejumlah band dari aliran Hip Hop hingga Folk.
“The Super Roar” menjadi helatan penutup dari rangkaian Spirit Of The Decade. Penampilan pertama Burgerkill bersama Ronald Radja Haba sebagai frontman barunya menjadi puncak dari konser virtual kolaborasi Supermusic dan Hellprint.
Selain menjadi penutup rangkaian Spirit Of The Decade, ini pun menjadi era baru bagi
Burgerkill. Mesin yang sudah kehilangan komponennya, mendiang Eben sang vokalis,
sekarang sudah mulai panas kembali.
Burgerkill siap bertorsi maksimal dengan rilisnya single terbaru mereka dengan titel
Roar of Chaos, memang tidak mudah, tapi kini Burgerkill sudah siap kembali
menghajar jalanan!.
Selain itu Spirit Of The Decade juga diisi oleh band Superfriends.Tidak hanya dari wilayah Jawa Barat, sederet band Superfriends dari DKI Jakarta, Jawa Tengah dan
Jawa Timur pun turut berpartisipasi di gelaran virtual Supermusic X Hellprint.
Semangat United dan Unity tidak bisa dilepaskan di gelaran virtual kali ini, beragam
kolaborasi hadir di Spirit Of The Decade.Tampilnya sejumlah band dari berbagai generasi menjadi penguat dari semangat United dan Unity ini.
Program ini bisa disaksikan oleh semua superfriends di web www.hellprintofficial.com atau di Youtube Channel HELLPRINT OFFICIAL yang tayang setiap hari Kamis jam 8 malam mulai tanggal 14 Oktober 2021 sampai 13 Januari 2022.
Perjalanan 10 tahun kolaborasi Supermusic dan Hellprint telah menelurkan berbagai karya dan pergerakan seperti Musik Festival, Concert Tours, Kompilasi Musik, hingga Virtual Concert.
Burgerkill terbilang menjadi “langganan” di Event Supermusic x Hellprint,
sejauh ini Burgerkill tercatat telah ikut serta pada 16 event sejak tahun 2011 hingga
sekarang.
Kolaborasi Supermusic dan Hellprint yang telah terjalin selama 10 tahun patut diapresiasi. Perwakilan Supermusic, Tries Pondang mengatakan Hellprint bukan satu-satunya program yang didukung Supermusic. Hubungan kedua belah pihak bisa panjang karena ada keseimbangan.
“Kita tidak pernah masuk ke rohnya Hellprint. Untuk menjaga hubungan, Supermusic hanya mendorong bagaimana roh yang baik kita dukung dengan kemasan,”ujar Tries saat konferensi pers di Minuz Studio & Productions di Bojongkoneng Atas 90 C, Bandung.
Tujuannya, lanjut Tries adalah kepedulian, bagaimana Supermusic berupaya agar dampak positif gelaran Hellprint ini tidak dirasakan di kota Bandung saja, tapi juga di daerah-daerah.
“Supermusic ingin membangun musik underground dan lain-lain juga dirasakan di luar Kota Bandung. Bagaimana teman-teman di daerah juga ikut merasakan,”jelasnya.
Ia mengakui di luar sana ada pro dan kontra, namun buat Supermusic kerjasama dengan Hellprint merupakan sinergi kekeluargaan,lebih jauh dari sekadar berbisnis.
Menurut Tries ini menjadi kekuatan yang harus dijaga.Poin penting lainnya Hellprint itu
punya mimpi yang harus didiskusikan.
“Seperti di Tegalega mimpi punya 5 stage, kita berusaha sampai mimpi itu akhirnya bisa
terwujud. Itulah yang menurut saya menjadi poin utama kenapa Supermusic dan Hellprint bisa bekerjasama. Semua seimbang,”papar Tries.
Dany Kajul selaku founder Hellprint, mengakui hubungan Hellprint dengan Supermusic dan grup band merupakan persaudaraan.
“Hubungan kita sudah seperti keluarga.Hal ini yang membuat kolaborasi ini langgeng sampai sekarang,”terang Kajul.
Bertepatan dengan perayaan satu dekade kolaborasi Supermusic dan Hellprint, ada
terobosan baru yang dilakukan pada gelaran Spirit of The Decade.
Kajul menyebut untuk pertama kalinya di program virtual ini menggabungkan 4 RSO di
Jawa, yaitu Jakarta, Bandung, Jateng, dan Surabaya.
“Sebenarnya kami ingin juga mengundang band dari luar Jawa tapi urung karena ada
PPKM,”katanya.
Charles selaku produser Spirit of The Decade menuturkan Hellprint tidak memandang
genre. Metal,death metal,black metal,dan hardcore semua ada.Dari 14 episode, setiap
episodenya menampilkan genre yang berbeda.
“Jadi secara virtual ada moment comeback seperti saat di Saparua. Dan pembedanya di
talkshownya,”ujar Charles.
Pada Talkshow tersebut mereka berdiskusi saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, seperti cara merekam serta seperti apa promo ketika tahun 1990-an.
Untuk episode ke-14 yang akan menampilkan Burgerkill, Charles mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan penggawa band legendaris dari Bandung ini.
Ia menjamin episode terakhir Spirit of The Decade yang mengusung nama “The Super Roar” ini berbeda dengan 13 episode sebelumnya.Dalam tata cahaya maupun gambar.Bahkan untuk itu kameranya juga ditambah,biasa 9 menjadi 10 kamera.
“Ini juga clossing dari program Spirit of The Decade. Mudah-mudahan sesuai ekspektasi. Ditonton saja nanti 13 Januari,” tandasnya.
Burgerkill memang tak bisa dipisahkan dari event kolaborasi Supermusic dan Hellprint.
Penggawa Burgerkill, Agung Hellfrog mengaku hanya absen satu kali sejak pertama kali
Hellprint digelar tahun 2011.
“Absennya satu kali karena tur. Kalau saya sih ngelihatnya bahwa ada chemistry, kita sangat dekat hubungannya sampai personalnya paham juga. Supermusic juga selalu mengundang kita,” terang Agung.
Ia melihat ada perkembangan luar biasa sejak Hellprint pertama pada 2011. Dalam satu dekade, semakin ke sini Hellprint semakin berisi.
Episode ke-14 Spirit of The Decade menjadi spesial bagi Burgerkill, pasalnya merupakan
panggung pertama Burgerkill bersama vokalis anyar Ronald Radja Haba.Vokalis asal Jakarta ini bergabung dengan Agung (gitar),Ramdan Agustiana (bass), dan Putra Pra Ramadhan (drum).
Hadirnya Ronald dalam skuad Burgerkill banyak mencuri perhatian. Maklum sosok vokalis yang satu ini menarik kaum hawa. Agung tak menampik faktor tampang menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih Ronald.
“Selain itu, kita lihat lebih penting attitude, pembawaan dirinya nyambung enggak sama
kita. Ketika pertama datang ke studio, dia juga sudah oke,” tutur Agung.
Dia juga senang sebab Ronald mau sama-sama belajar dan mengulik bersama personel
Burgerkill yang lain.
Sebelum gabung Burgerkill, Ronald adalah vokalis Carnivored, band death metal Jakarta.Ia mengaku bersama Carnivored pernah tampil di pentas Hellprint sekitar 2015 di lapangan Tegalega, Bandung.
Ia bercerita proses bergabungnya dengan Burgerkill berawal pada Maret tahun lalu. Saat itu mendiang Eben minta bantuan kalau ada project. Ronald mengira bikin band baru. Eben pun mengajaknya ke Bandung.
“Waktu itu pandemi agak ketahan bolak-balik ke Bandung, sehingga molor sampai lebaran. Kemudian dia ke Jakarta dan ngajak untuk gabung Burgerkill. Disitu mulai latihan,” ungkap Ronald.
Awalnya Ronald jadi vokalis untuk bantu beberapa panggung. Tapi ternyata keterusan sampai akhirnya resmi jadi frontman Burgerkill.
Ia mengakui butuh waktu untuk penyesuaian, karena karakter vokal tadinya rendah,sekarang lebih tinggi. Hal ini awalnya sempat membuat dia tak percaya diri.
” Gua kan di Carnivored lebih slow, di BK dinaikin. Itu mungkin jadi PR buat gua. Makanya kemarin pas rekaman single lumayan lama,” paparnya.(BUDI)