DCDC Pengadilan Musik: Tak Lagi Sisir Tanah, Bagus Dwi Danto Pilih Jadi Diri Sendiri

Posted by
Bagikan kiriman ini

SPORTSJABAR- DCDC Pengadilan Musik Virtual kali ini menyeret seorang seniman asal Yogyakarta,Bagus Dwi Danto sebagai terdakwa setelah berganti nama sekaligus merilis album perdana berjudul Kudu.

Persidangan digelar pada Jumat, 26 November 2021 pukul 19.00 WIB dan disiarkan secara langsung di saluran YouTube DCDC TV. Ia diadili oleh dua Jaksa Penuntut, yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq.

Kursi Pembela diisi oleh Jon Kastella dan Bang EL Bruni.Persidangan dipimpin oleh Man
(Jasad) sebagai Hakim dan jalannya persidangan  diatur oleh Eddi Brokoli sebagai
Panitera.

Bagus Dwi Danto adalah aktor intelektual di balik nama Sisir Tanah. Ia dikenal sebagai musisi yang aktif terjun dalam berbagai kegiatan aktivisme sosial dan gerakan akar rumput.

Jaksa penuntut Budi Dalton bertanya sejak kapan Bagus menggeluti musik?

Ia mengaku mulai tertarik musik pada tahun 1996.Gitar merupakan alat musik yang
disenanginya.Saat itu jamannya musik rock sedang naik daun seperti Gun n
Roses,Nirvana,dan Metalica.

“Jadi banyak anak muda berbondong-bondong menyimaknya,dan saya ikut di era itu,”ujar Bagus.

Menjawab pertanyaan Pidi Baiq, Ia mengaku pernah bikin band namanya Okinawa.Nama band diambil dari nama salah personelnya.Band ini biasa memainkan musik Top Forty.

Namun kemudian Bagus memilih jadi solois dengan nama panggung Sisir Tanah. Budi
penasaran kenapa jadi solois?

” Waktu itu ikut komunitas sastra dan teater, tapi tiba-tiba ada kegelisahan mau ngapain kalau dijadikan profesi, semua serba nanggung. Aku dulu nulis puisi, tidak dijadikan performance.Saat di Sisir Tanah dijadikan lagu dan jadilah bermusik,”terangnya.

Pembela, John Kastella mengatakan Bagus memiliki banyak tulisan sebelum Sisir Tanah
bahkan pernah merilis satu buku puisi. Jadi ia percaya secara lirik sangat kuat.

Soal nama Sisir Tanah,Bagus mengaku kepikiran memilih salah satu alat pertanian, yaitu alat garuk. Mungkin karena latar belakangnya dekat dengan pertanian.Sehingga Sisir Tanah ia jadikan nama panggung.

Lagu-lagu Sisir Tanah dikenal sebagai lagu folk.Namun Bagus tidak mengerti kenapa jadi musisi folk.Diakuinya kadang-kadang tidak punya ruang yang cukup untuk menjelaskan.

“Padahal laguku ngepop-ngepop aja secara konotasi dan langgam. Mungkin kecenderungan lirik yang mungkin kerakyatan, atau kopi-kopi senja,”ungkap Bagus.

Mengakhiri perjalanan selama satu dekade menyandang nama panggung Sisir Tanah, Bagus Dwi Danto akhirnya membuat album menggunakan namanya sendiri.

“Ada kejadian apa sampai memutuskan tidak lagi menggunakan nama Sisir Tanah,”tanya Budi.

Ia menyebut Sisir Tanah memakai istilah proyek musik, sebuah proyek punya durasi dan bayangannya sekitar 10 tahun.Dan tidak menduga ketemu masa pandemi.

Seniman asal Yogyakarta ini memulai perjalanan barunya dalam dunia musik folk melalui album pribadi yang menceritakan perjuangannya melewati masa kelam kala dunia dicengkram pandemi.

Album perdananya yang berjudul Kudu disajikan dengan konsep kaya unsur nuansa alam, seperti bunyi-bunyi di pesawahan dan pantai. Kudu dalam bahasa Indonesia mempunyai arti harus, kuntum bunga, atau cat warna merah.

Album ini direkam pada pertengahan Februari 2021 di Bali dan dikerjakan secara gotong royong melibatkan beberapa kawan musisi.

Bagus mengungkap cerita menarik terkait albumnya.Ternyata orang pertama yang
mengajaknya untuk membuat album adalah Pidi Baiq.

“Itu terjadi tahun 2014 itu masih jauh sebelum Sisir Tanah dikenal orang kemudian.
Aku sangat punya sejarah dengan mas Pidi, kemudian aku memutuskan untuk rekaman dengan teman-teman di Yogya. Itu yang aku ceritain sama mereka,”paparnya.

Sekarang Sisir Tanah sudah berganti jadi namanya sendiri.Pidi bertanya apa bedanya?

Menurut Bagus,karya dan orangnya sama, yang beda nama.Bedanya dulu liriknya langsung tanpa basa-basi, sekarang simbolik. Untuk syair dia punya lumbung karya.Sehingga kalau sedang ada di paceklik ide, bisa mengambil dari situ

Budi penasaran mengapa Judul albumnya Kudu?

“Mengapa harus bikin judul, karena saat bikin album, untuk mengerucutkan judulnya dulu. Jadi setiap lagu harus berangkat disitu.Saya berusaha di tema besar cinta dan perdamaian. Karena di Sisir Tanah ngomongin tema-tema diluar diri yang tidak selesai dengan diri sendiri. Disini mulai membalikan itu,”tutur Bagus.

Di akhir persidangan Hakim Man Jasad mengatakan melihat sepak terjang Bagus sampai sekarang sejak tahun 1999 membuktikan bahwa dia konsisten.

Menurut Man tugas seorang seniman bukan banyak gaya di tiktok atau medsos tapi bukti nyata seperti Bagus. Ia pun mengutip pernyataan Butet Kartarejasa bahwa hidup itu hanya numpang pipis.

“Mas Bagus bebas, tapi dengan syarat mas Bagus jangan serius karena kita hanya numpang pipis. Dan harus bisa berkolaborasi lintas genre dengan dj tiktok, kalau dengan sekolam enggak asik.Terakhir semoga mas Bagus dengan karyanya bisa merambah dunia musik secara luas,”paparnya.

Bagus merasa senang bisa hadir di Pengadilan Musik.Apalagi dinyatakan bebas oleh hakim Man Jasad.Selanjutnya ia akan semakin semangat untuk terus berkarya

“Saya akan melanjutkan menulis lagu serta melakukan kolaborasi dengan banyak seniman musisi, karena pada era seperti ini perlu kerja-kerja kolaborasi kerjasama,” tutur Bagus.

Terkait esensi Kudu yang ditetapkan sebagai judul album pertama. Ia mengaku merangkum apa yang ingin ia sebarkan kedepan.Semakin banyak menyebarkan tentang cinta dan perdamaian.

Diakuinya mungkin kata kudu ini tidak mewakili semua yang ada di album ini.Tapi kurang lebih makna Kudu adalah harus berani,berjuang ,bergerak ke arah yang lebih baik. Selain itu juga beradaptasi dengan hal yang kudu dan punya spirit yang baik.

Soal persidangan DCDC Pengadilan Musik yang sudah dijalaninya, ia berharap apa yang
direkam malam ini bisa jadi suplemen tambahan di musim seperti ini.Yang baik diadopsi yang tidak baik disisihkan.

“Semoga menjadi energi buat kita untuk maju ke depan.Dalam konteks kita sebagai seniman semoga bisa menginspirasi teman-teman yang sedang memperjuangkan
karyanya,”tandasnya.

Hadirnya Bagus Dwi Danto sebagai terdakwa pada DCDC Pengadilan Musik edisi 50 ternyata ada pertimbangan khusus. Addy selaku perwakilan DCDC menjelaskan,Bagus diboyong ke Bandung terkait perubahan nama dan albumnya.

Sebelum mengusung nama Bagus Dwi Danto,sebelumnya dia terkenal dengan karya-
karyanya atas nama Sisir Tanah,yang cukup fenomenal di dunia musik pop Indonesia.

“Kita penasaran mengapa dia ketika sudah sangat terkenal tiba-tiba harus berubah
nama,kemudian tiba-tiba merilis album perdananya yang berjudul kudu.Kita pikir akan
sangat menarik jika menghadirkan dia di Pengadilan Musik,”ujar Addy.

DCDC Pengadilan Musik kali ini juga menghadirkan sosok anyar di kursi pembela yaitu John Kastella dan Bang El Bruni.

Addy mengakui hadirnya dua pembela baru ini merupakan bagian dari upaya DCDC dalam menghadirkan Pengadilan Musik supaya lebih segar lagi.

“Satu pembela dipilih oleh terdakwa,satu pembela lagi dipilih oleh netizen,” terangnya.

Addy juga menginformasikan rencana dirilisnya DCDC Magazine itu juga salah satu program pengembangan dari DCDC,dimana sebelumnya sudah terbiasa hadir dalam flatform website www.djarumcoklat.com. Sekarang ditambah dengan majalah.

Ia menambahkan ,informasi terkait segala macam tentang musik dipertajam lagi lewat satu platform media baru namanya DCDC Magazine.Walaupun memang sifatnya masih e-magz atau online.Jadi nanti ketika rilis bisa diunduh di www.djarumcoklat.com.

“Nanti ada beberapa edisi khusus akan dicetak secara fisik.Jadi informasinya lebih mendalam, informatif dan tentu saja ulasan-ulasan tentang musiknya akan lebih tajam daripada yang sudah hadir di DCDC,”papar Addy.(BUDI)

Leave a Reply