SPORTSJABAR.COM-Bersepeda tengah jadi tren yang meledak saat ini seiring dengan pemberlakuan pembatasan alat transportasi umum selama pandemi virus corona. Bersepeda dianggap sebagai salah satu moda transportasi yang lebih aman ketimbang harus menaiki transportasi umum.
Bukan hanya sebagai moda transportasi untuk bekerja saja, bersepeda juga kerap dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Belakangan ini mulai bertambah pula para pengguna sepeda alias goweser baru. Kebiasaan baru yang satu ini memang menyehatkan, tapi harus dilakukan dalam intensitas yang wajar dan mengikuti tips bersepeda untuk menjaga kesehatan jantung. Jika bersepeda dilakukan secara berlebihan, dampak yang fatal pada jantung bisa saja terjadi.
Tips Bersepeda yang Aman bagi Kesehatan Jantung
Bersepeda dinilai memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan tubuh. Jika dilakukan sesuai prosedur dan dalam intensitas yang wajar, bersepeda mampu menurunkan risiko penyakit kronis pada seseorang, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
Untuk menghindari risiko berbahaya bagi organ jantung, hal pertama yang harus diperhatikan adalah detak jantung kamu sendiri.
Sebelum bersepeda, sebaiknya kamu periksa terlebih dulu kemampuan maksimal kerja jantung untuk meningkatkan performa saat bersepeda. Untuk mengetahui detak jantung yang aman, kamu dapat menggunakan rumus detak jantung maksimal = 220-umur. Secara umum, berikut target detak jantung yang direkomendasikan:
Intensitas latihan sedang: 50-70 persen dari denyut jantung maksimal.Intensitas latihan yang kuat: 70-85 persen dari denyut jantung maksimal.
Tips bersepeda tersebut dilakukan agar organ jantung berada dalam kondisi yang aman. Disarankan juga untuk menjaga detak jantung agar tidak melewati angka maksimal yang telah direkomendasikan. Apalagi jika kamu adalah seseorang yang baru dalam bersepeda. Jika telah terbiasa, kamu dapat meningkatkan intensitas latihan secara bertahap.
Hal yang sama juga berlaku saat melakukan pemanasan dan pendinginan. Lantas, bagaimana cara menghitung denyut nadi per menit?
Caranya adalah dengan berhenti berolahraga setelah 10 menit.Kemudian, letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) di bagian dalam pergelangan tangan.Hitung denyut nadi selama 15 detik, lalu dikalikan 4 untuk mendapatkan denyut nadi per menit.
Gunakan hasil denyut per menit untuk menyesuaikan seberapa keras kamu sedang berolahraga.
Selain menggunakan patokan tidak langsung tersebut, kamu juga bisa menggunakan alat pengukur detak jantung menggunakan sabuk dada atau alat seperti jam tangan. Kedua alat tersebut dapat menghasilkan angka detak jantung yang lebih presisi.
Antara Jantung dan Sepeda
Jantung merupakan organ vital yang 24/7 bekerja tanpa henti dengan memompa darah ke seluruh tubuh guna menunjang kelangsungan hidup seseorang. Karena kerjanya yang berat, sudah seharusnya jika organ penting yang satu ini dijaga dan dipelihara dengan baik.
Saat ingin bersepeda, sebaiknya lakukan cara-cara yang telah disebutkan sebelumnya untuk menghindari risiko yang berbahaya.
Berikut 3 golongan orang yang berisiko mengalami serangan jantung dan gagal jantung ketika bersepeda:
Golongan pertama adalah orang yang mulai kembali berolahraga setelah beberapa lama berhenti. Golongan ini memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, dan terkadang menuntut performa yang sama dengan sebelum mereka berhenti berolahraga.
Golongan kedua adalah orang yang pernah tiba-tiba pingsan tanpa sebab. Jika terjadi, silahkan periksakan diri di rumah sakit terdekat, karena kejadian ini merupakan tanda-tanda adanya gangguan awal fungsi jantung.
Golongan ketiga adalah atlet yang berusaha meningkatkan performa, tapi dengan cara yang berlebihan. Latihan yang dijalaninya terkadang membuat atlet memaksakan fisik melebihi kemampuannya.
Meski merupakan golongan dalam kondisi yang mengkhawatirkan, ketiganya masih bisa meningkatkan kemampuan bersepeda dan harus tetap dalam pengawasan dokter. Ketiganya juga perlu melakukan pemeriksaan untuk memastikan sistem kardiovaskular berada dalam keadaan yang baik.(*/halodoc.com)