DCDC Pengadilan Musik Virtual:Trio Gimbal dan Perjalanan Panjang PT Menggelora

Posted by
Bagikan kiriman ini

SPORTSJABAR-Tiga pemuda berambut gimbal diseret sebagai terdakwa untuk
diadili dalam DCDC Pengadilan Musik Virtual pada Jumat, 26 Maret 2021
pukul 19.00 WIB dan disiarkan streaming di saluran YouTube DCDC TV.

Dellu Uyee,Rafi Gimbal,dan Resha Stromp yang tergabung dalam grup band PT.
Menggelora dibawa ke persidangan untuk mempertanggung jawabkan karya mereka
berupa album yang berjudul Long Journey.

Album perdana band yang terbentuk bulan April 2019 ini mengemas 10 lagu yaitu
“Menggelora Bersama”,”Penyesalan”, “Biar Salah Tak Mengapa”, “Akhir Cerita”,
“Lagu Lama”, “I’m Sorry Rabb”,”Berulang ulang”, “Hanya Untukku”, “Buruh Bukan
Robot” dan “Sahabat”.

Mereka diadili oleh dua Jaksa Penuntut, yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq. Kursi
Pembela ditempati oleh Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung. Pengadilan dipimpin
oleh seorang Hakim yaitu Man (Jasad) dan jalannya persidangan diatur oleh Eddi
Brokoli sebagai Panitera.

Di awal persidangan Budi Dalton langsung bertanya,kenapa grup band tersebut
diberi nama PT Menggelora?.

Dellu Uye mengaku awalnya sempat berganti nama band dan personel,sampai
akhirnya mreka sepakat untuk menyatukan visi dan misi lewat sebuah band yang
diberi nama PT.Menggelora.Kata “PT” sendiri merupakan kependekan kata dari
Pemuda Terancam Menggelora.

“Pemakaian kata PT didasarkan niat kami mencoba mengangkat filosofi dari sebuah
perusahaan yang produktif berproduksi hampir setiap hari. Bahkan, untuk
menciptakan sebuah produk yang berkualitas perusahaan bisa menerapkan kerja
lembur, dan hal itu kami wujudkan dalam bentuk karya musik,”papar Dellu.

Meski baru bergabung pada April 2019 Ketiganya sudah tidak asing di dunia
hiburan, khususnya musik.

Dellu Uyee selain pemain perkusi di beberapa band juga aktif sebagai seorang
content creator, Rafi Gimbal adalah finalis dalam ajang pencarian bakat bergenre
dangdut, dan Resha Stromp adalah pemain gitar dari band reggae Momonon.

“Bikin band tak perlu rame-rame,bertiga pun bisa. Karyanya yang harus kita
besarkan, semangat kita bertiga ada di dalam PT Menggelora,”jelas Dellu.

Pidi Baiq menanyakan apakah pada band sebelumnya banyak gagalnya?

Dellu mengatakan kegagalan itu justru membuat mereka bisa semakin
berkembang.Yang tadinya mengcover lagu orang lain akhirnya PT Menggelora jadi
punya karya seperti album Long Journey.

Budi Dalton ingin tahu lagu-lagu PT Menggelora masuk dalam genre apa?

“70 persen album ini reggae. Selain reggae di album ada yang agak rock, religi,
jazznya dan lain-lain. Kita berkarya, ya berkarya aja. Selebihnya publik yang nilai.
Tergantung teman-teman pendengar,”ujar Dellu.

Resha menambahkan lagu reggae bukan sekedar lagu cinta dan pantai. Menebar
kebaikan kebenaran lewat musik, karena lebih didengar.

Rully selaku pembela menjelaskan PT Menggelora genrenya bermacam-
macam.”Kalau kita mendengarkan lagu-lagu dari PT Menggelora, di channel
YouTube ada playing for change, semua genre dimainkan. Blues, reggae, country,
latin, dan lain-lain,”terangnya.

Pidi Baiq ingin tahu apakah mereka ada kepuasan di band ini?

“Sangat puas. Karena semua ide kita tuangkan di band ini, sebelumnya tidak .
Sejauh ini merasa puas, berbagai ide tertuang dari tiga kepala bisa menghasilkan
(karya),”ungkap Rafi.

Dellu mengakui di band sebelumnya tidak punya album, padahal lagu banyak.
Pasalnya masing-masing personel punya karakter.

Menurut Dellu uniknya di PT Menggelora, tiga-tiganya menulis lagu dan ada pembagian tugas. Diantara ketiganya, Rafi yang lebih mengerti soal musikalitas, dia yang mengeksekusi. Resa yang mixing dan mastering,karena peka terhadap audio.

Urusan pemasaran dan dagangnya serta untuk pembuatan konten ditangani Dellu
yang memang seorang Youtuber.

Dellu memaparkan album Long Journey merupakan perjalanan panjang menuju PT
Menggelora. Prosesnya sendiri dari satu lagu ke lagu lain memiliki jarak yang jauh.
Tak heran kalau lagu di album ini, semuanya beda-beda.

“Tapi tidak apa-apa, biar publik yang menilai karya kita.Kita membuat album tidak
serta merta untuk memperkaya diri, tapi untuk menyuarakan kebenaran,”tandasnya.

Setelah menjalani persidangan hakim Man Jasad pun mengambil keputusan.Ia
mengatakan dalam menanggapi perubahan zaman saat ini, tugas musisi sangat
berat. Namun tugas utama terus berkarya.

“Melihat sepak terjang PT Menggelora yang masih konsisten sampai sekarang,
membuktikan eksistensi dan konsistensi,maka terdakwa PT Menggelora dinyatakan
bebas. Demikian sidang saya tutup,”kata Hakim.

DCDC Pengadilan Musik edisi 44 merupakan event Pengadilan Musik perdana di
tahun 2021.Marketing Manager Djarum Coklat, Agus Danni Hartono mengatakan
semenjak absen dari November 2020,DCDC Pengadilan Musik baru bisa dilaksanakan pada Maret 2021.

“Seharusnya kan reguler setiap bulan cuma karena sesuatu hal dan juga kebijakan
dari pemerintah juga akhirnya pengadilan musik baru dilaksanakan di bulan Maret
2021. Beberapa band yang jadi terdakwa juga kami tunda dan akan kami olah lagi
di bulan berikutnya untuk menjadi reguler bulanan kembali,”ujar Agus Danni.

Ia berharap ke depannya DCDC Pengadilan Musik bisa digelar secara rutin setiap
bulan.Tentunya dengan mengikuti prosedur dari pemerintah setempat tidak boleh
mengadakan kerumunan. Termasuk protokol kesehatan dan lain-lain.

Gelaran DCDC Pengadilan Musik di tengah pandemi ini dilakukan secara virtual dan
tetap melaksanakan tapping.

“Kalau secara acara pengadilan musik masih sama seperti sebelumnya. Cuma
sekarang beda di konsep tapping. Perangkat pengadilan juga masih sama. Didukung
oleh mang Rully Cikapundung dan Yoga PHB sebagai pembela, hakim Man
Jasad,serta jaksa Budi Dalton dan Pidi Baiq,”jelasnya.

Tentang terdakwa pada DCDC Pengadilan Musik edisi 44 diakuinya PT Menggelora
nama yang cukup asing, tapi ketika dilihat personilnya ada Dellu Uyee master of
jinjit kalau di Tiktok. Kebetulan mereka juga punya band dan akan melaunching
album, jadi momentum DCDC Pengadilan Musik.

“Ada dualisme karakter yang vokalis pegang. Satu mereka adalah memang praktisi
reggae, kedua adalah master of tiktok. Jadi menurut saya itu lumayan cukup bagus
untuk DCDC Pengadilan Musik dengan beberapa talent yang agak sedikit
absurd,”papar Agus Danni.

Edi Brokoli merupakan pengisi tetap DCDC Pengadilan Musik.Pria yang diplot
sebagai panitera ini nyaris tak pernah absen mengatur jalannya persidangan.

Ia mengaku DCDC Pengadilan Musik agak terhambat karena pandemi.Jadi biasanya
live youtube dengan penonton yang live.Sekarang harus dibatasi jumlahnya dan
live tapping.Namun meski sedikit ada perubahan, formasinya masih tetap.

“Memang formulanya Pengadilan Musik seperti ini,hakim harus Man Jasad, jaksa
penuntut umumnya harus Budi Dalton dan Pidi Baiq, paniteranya sepanjang
saya bisa pasti saya. Pembelanya yang rutin selalu Yoga PHB sama Ruly
Cikapundung,”ujar Edi.

Tapi menurut Edi kadang-kadang ada saatnya berganti jika ada salah satu
berhalangan hadir.Terkadang kalau ada kegiatan yang tak bisa ditinggalkan ia
minta izin tidak hadir dan paniteranya diganti.

“Formatnya sudah kebentuk begitu, jadi supaya engga usah nge-brief
lagi.Semuanya sudah paham,apalagi sudah episode ke-44,”jelasnya.(budi)

Leave a Reply